Kamis, 16 Oktober 2014

Antara Keinginan dan Keperluan


  • Terapi

    Inilah yang sering menimbulkan masalah bagi kita. Belanja memang merupakan salah satu bentuk terapi, seperti makan coklat, menimbulkan rasa senang di hati kita pada saat itu(dan menimbulkan sakit kepala di akhir bulan). Bila Anda ingin membeli sesuatu hanya karena merasa ingin menghibur diri, ingatlah kesulitan yang bakal timbul. Lebih baik mencari hiburan lain seperti menonton teve yang sudah jelas gratis dan bisa memberi pendidikan (misalnya tayangan memasak).
  • Dorongan hati

    Ada orang yang membeli sesuatu hanya karena dorongan hati, tanpa berpikir dua kali. Karena itulah kita harus membedakan antara keperluan dan keinginan. Apakah barang itu kita beli hanya karena kita menginginkannya atau karena kita memang memerlukannya. Sebetulnya tidaklah sulit mengenali perbedaan ini. Bila sesuatu yang akan kita beli itu tidak berkaitan dengan kesehatan atau pekerjaan, berarti hal itu bukan keperluan. Misalnya Anda ingin membeli sepatu, tanpa sepatu itu kaki Anda akan melepuh karena harus berjalan di panas terik di jalanan berbatu-batu atau tanpa sepatu itu Anda tidak bisa bekerja, berarti Anda membutuhkannya. Tetapi bila sepatu itu hanya untuk menambah koleksi sepatu Anda yang sudah memenuhi lemari, berarti Anda cuma menginginkannya.
  • Manfaatkan ponsel

    Di zaman ponsel serba canggih Anda dapat menaruh anggaran belanja di salah satu app sehingga ketika Anda terbujuk untuk membeli sesuatu entah karena kepandaian berbicara pramuniaganya atau karena pengaruh teman, Anda dapat memeriksa anggaran Anda dengan cepat. Dengan demikian Anda menyelamatkan diri dari keputusan yang kurang bijak. Atau aturlah alarm atau kalender Anda sehingga berbunyi pada saat Anda di mall sekedar untuk mengingatkan Anda agar tidak berbelanja sembarangan.
  • Beritahu teman belanja

    Bila Anda pergi bersama seorang teman atau anggota keluarga, jangan sungkan-sungkan meminta mereka mengingatkan bahwa Anda harus dicegah jika berniat membeli sesuatu yang tidak perlu. Pengalaman saya sebagai pramuniaga sebuah toserba menunjukkan bahwa hal ini umum terjadi, seorang calon pembeli bertanya kepada temannya atau saudaranya apakah sebaiknya dia membeli barang yang diinginkannya. Kadang-kadang teman belanjanya melarang dengan alasan dia sudah mempunyai banyak barang serupa. Tentu saja saya tidak bisa berkata apa-apa karena adalah hak pembeli untuk memutuskan dan saya harus menghormati keputusannya.
  • Periksa barang di rumah

    Saya gemar membeli alat memasak walau bukan yang berharga mahal. Suatu kali ketika pindah rumah saya menemukan bahwa saya mempunyai 5 pisau bulat pemotong pizza, 4 alat pengupas kentang, 3 parutan keju, dan sejumlah lain peralatan dapur yang sama. Rupanya setiap kali membeli saya tidak ingat bahwa saya sudah memiliki barang itu. Sejak itu saya memeriksa barang di dapur dengan lebih teliti. Sebaiknya kita memiliki daftar barang yang dibutuhkan sehingga ketika pergi ke toko kita tidak membeli sesuatu yang sudah ada.
  • Jangan keseringan pergi ke mall

    Pergilah dengan tujuan, apakah rekreasi bersama keluarga, atau perlu membeli blender pengganti yang pecah. Jangan hanya sekedar karena bosan di rumah Anda berjalan-jalan pergi ke mall dan berakhir dengan menenteng sepuluh tas belanjaan. Bila tujuan Anda rekreasi bersama keluarga pesanlah anak-anak untuk tidak meminta sesuatu atau batasilah pengeluaran bahkan meskipun mereka membelinya dengan uang saku sendiri. Ajarkanlah anak-anak untuk berhemat juga beritahu mereka bahwa Anda sekeluarga pergi dengan tujuan makan bersama dan menikmati kebersamaan itu.
  • Buatlah anggaran

    Apakah Anda memerlukan dua pasang sepatu atau enam baju setahun, tentukanlah terlebih dulu agar sesuai dengan anggaran belanja Anda. Betapa pun bagusnya sebuah baju atau tas bila Anda menunggu sampai beberapa hari kemudian, biasanya Anda sudah akan melupakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar